Semoga Membaik
Do’a do’a sepanjang usia akan menemani perjalanan panjang seluruh umat manusia, tak terkecuali dengan kaki kaki yang sedang menempuh jarak beribu ribu kilometer jauhnya dari rahim ibu. Berpeluk dengan rindu agar tidak terjatuh ketika luka datang menghampiri, seraya mengucapkan ikhtiar.
Hujat, walau bibir terkatup katup dalam dilema kalimat panjang untuk menguraikan peluk di kejauhan. Ada jiwa yang penuh ambisi, membawa segudang harapan pada masa yang akan datang. Menatap dengan mata lirih agar tercapai semua harapan yang selama ini menjadi onggokan sampah di rumah tetangga.
Akan datang dimana manusia menyembah manusia lainnya, jika terlebih dulu datang maka itulah akibat keserakahan manusia pada ketenaran diri masing masing. Mengumbar segala bentuk keburukan demi mencapai hasrat duniawi yang tak pernah abadi. Biarkanlah saling meramu dalam kebingungan hari ini.
Baca juga: Kembara | Bagian Keenam Belas
Sayu sayu suara angin menepis telinga dengan kalimat benci dan dusta, sebab akibat dari sebuah perjuangan menuju hal yang tidak mungkin diraih akal manusia. Sembab sesudah terbit matahari bersama embun embun di lapangan rumput hijau melebarkan senyum kepada wajah kusut penuh derai pilu.
Hampir saja terburai dengan asmara dan pesona tenggelamnya matahari di semenanjung duka, harap harap cemas pada badai yang akan datang malam ini. Memikirkan bagaimana nasib tubuh yang sebentar lagi roboh termakan usia, sedang bintang bintang masih berkedip kedip dari kejauhan, sapaan pulang merindu.
Baca juga: Kembara | Bagian Ketujuh Belas
Tidak, kilau telaga menyerut tepat diatas peristirahatan, pohon pohon rindang bertemankan angin sepoi. Alangkah syahdunya hidup jika seperti ini. Tanpa usik dan tanpa bising bising tetangga yang selama ini terdengar amat keras. Kini, suara suara air berdendang lebih merdu dari tarian syair manapun. Akhirnya, semoga jiwa membaik.
Menuju jalan panjang, 28 Juli 2020
Posting Komentar